Senin, 28 Februari 2011
Di dalam Al-Qur'an, Allah swt. Telah memberikan konsep tata cara pergaulan dalam masyarakat yang begitu indah sekali untuk kita simak;
  • Tabayyun (Memperjelas)
     Tabayyun artinya memperjelas atau mengecek kebenaran suatu berita. Maksudnya disini, apabila datang kepada kita berita yang tidak jelas asa-usulnya, hendaknya kita tidak boleh langsung menelan dan kemudian langsung ambil sikap sebelum jelas berita itu dari mana asal-usulnya.
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu"
(Q.S. Al-Hujurat : 6)

  • Ishlah (Mendamaikan)
     Islam itu agama perdamaian dan antikekerasan. Ketika bertemu sesama, setiap Muslim sangat dianjurkan bertegur sapa, memberi senyum, dan mengucapkan salam. Ucapan salam adalah doa sekaligus identitas Muslim untuk senantiasa berdamai, berdoa untuk kerahmatan dan keberkahan sesamanya. Tidak ada yang lebih berharga dalam hidup ini selain perdamaian, keberkahan, dan hidup penuh rahmat dari Allah SWT. Karena itu, berbuat islah merupakan kewajiban setiap Muslim, lebih-lebih yang bertengkar atau bermusuhan. Bertengkar dan bertindak kekerasan dan anarki itu hanya akan menghabiskan energi secara sia-sia, bahkan cenderung memperburuk citra Islam. Musuh-musuh Islam pasti bersorak-sorai melihat umat Islam saling bertikai.
      Allah swt, berfirman:
     ''Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.'' (QS Al-Anfal: 46).
     ''Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali menyuruh (manusia) memberi sedekah, berbuat makruf (baik), atau melakukan islah (perdamaian) di antara manusia. Dan, siapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberinya pahala yang besar.'' (QS Annisa': 114)

  • Tanaabazu' (Saling Memanggil)
     Ukhuwah islamiyah merupakan prinsip yang wajib dipegang erat. Agar tidak berhenti dalam keinginan, harus ada upaya real untuk mewujudkannya. Syariah telah menetapkan ada bergaul yang dapat merekatkan ukhuwah di antara sesama Muslim. Ada yang berupa perbuatan yang diperintahkan, seperti menyebarkan salam dan saling memberi hadiah.

     Dalam hal ini, Abu Hurairah ra. Menuturkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:
     Ada tiga perkara yang menggambarkan kecintaanmu kepada saudaramu: kamu mengucapkan salam kepadanya ketika bertemu dengannya; meluaskan tempat untuknya dalam majelis; memanggilnya dengan nama yang paling disukainya (HR al-Hakim)
Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian saya tunjukkan tentang sesuatu yang jika kalian kerjakan kalian akan saling mencintai:Sebarkan salam (HR Muslim, at-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad)

  • Khusnudzhon (Berbaik Sangka)
     Allah swt. Berfirman:
     Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
(Q.S. Al-Hujurat:12)

  • Laa Taskhiriyah (Tidak Mengolok-olok)
     Jadi kita memang tidak boleh mengejek orang lain. Apalagi sesama muslim. Suatu kaum tidak boleh mengolok-olok kaum yang lain. Misalnya, eh si ini suku A modelnya memang pelit. Atau suku B misalnya, gayanya centil dan norak. Ternyata yang seperti itu tidak boleh. Karena bisa jadi mereka di mata Allah, kaum tersebut lebih baik dari kaum yang mengolok-olok.
     Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
(Q.S. Al-Hujurat:11)

Sumber: Catatan Islamic Tabiyah Community
Kamis, 24 Februari 2011
Di dalam kehidupan sehari-hari seringkali tanpa kita sadari apa yang kita lakukan dipengaruhi oleh orang lain. Perilaku yang kuat, memiliki nilai positif senantiasa membekas ke lubuk hati kita. Seperti halnya seorang anak yang menyukai kebiasaan baik dari apa yang disukai oleh sang ayah. Ada seorang dokter tertarik dengan pekerjaannya karena ingin mengikuti jejak ayahnya. Ia tergugah melihat dedikasi ayahnya dalam melayani pasien. 'Menolong orang yang sakit di malam hari, orang yang tadinya sudah putus asa, tidak ada harapan menjadi bangkit dan bersemangat dalam hidupnya,' kenangnya disaat menceritakan awalnya ketertarikan di dunia kedokteran. Disaat ini ia telah menjadi dokter spesialis yang banyak dicari orang, pasiennya berdatangan dari berbagai kota.

Teladan kehidupan, disadari atau tidak, memang memiliki dampak yang begitu kuat dalam kehidupan kita, kekuatannya lebih dari proses belajar dan pengajaran. Teladan adalah faktor utama keberhasilan dalam pembentukan pribadi seseorang. Imam Syafii menyebutkan, 'Tidak ada yang lebih berpengaruh & lebih menentukan dalam kehidupan seorang anak daripada kekuatan mental sebuah teladan yang memberikan kenyamanan dan penuh pengertian.'

Disaat ini tentu saja anda teringat orang yang menginspirasi anda sehingga anda memilih karier seperti sekarang. Mungkin juga orang yang teladannya sangat berpengaruh dalam hidup anda. Bersyukurlah kepada Allah atas karuniaNya atas keberadaan orang tersebut yang telah memberikan teladan yang membuat hidup kita menjadi lebih baik. lantas bagaimana dengan kehidupan anda, sudahkah menjadi sumber inspirasi bagi orang lain?'

Wassalam,
M. Agus Syafii

Sumber: http://agussyafii.blogspot.com/
Selasa, 22 Februari 2011
Barangsiapa mau membaca wirid ini dengan rutin,Insya Allah semua hajatnya akan dikabulkan oleh Allah swt. Dan wirid ini lebih utama dibaca setiap selesai sholat tahajjud.

Sesiapa yang beristiqamah mengamalkan wirid harian ini, insya-Allah diberkati hidupnya dan dikekalkan hidayah dan taufiq serta mati dalam iman (Ihya Ulumuddin)

Dzikir (wiridan) pengarang (Ulama besar) kitab-kitab terkenal, antara lain Ihya Ulumuddin, Sang Hujjatul Islam, Imam Al-Ghozali :

1. Hari Ahad membaca
Yaa Hayyu Yaa Qoyyum 1000 x

2. Hari Senin membaca
Laa haula walaa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adziim 1000 x

3. Hari Selasa membaca
Allahumma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammad 1000 x

4. Hari Rabu membaca
Astaghfirullaahal ‘adziim 1000 x

5. Hari Kamis membaca
Subhaanallahil ‘adziim 1000 x

6. Hari Jum’at membaca
Yaa Allah 1000 x

7. Dan Hari Sabtu membaca ,
Laa ilaaha illallah 1000 x

(Dikutip dari buku Tim Redaksi YAASIN TAHLIL dan ISTIGHATSAH, Penerbit: PT Karya Toha Putra, Semarang.)

• Nabi termulia, Rasul paling Agung, Baginda Nabi Besar Muhammad SAW bersabda:
“Maukah saya tunjukkan tentang penyakitmu dan obatnya ? Sesungguhnya penyakitmu itu adalah perbuatan dosa dan obatnya adalah Istighfar” (HR. Dailami)

• Dari Sa’d Ibnu Abu Waqqash ra yang menceritakan:
“Ketika kamu berada dihadapan Rasulullah SAW, beliau bersabda: “Apakah seorang diantara kalian tidak mampu menghasilkan 1000 (seribu) kebaikan setiap harinya?” Maka ada seseorang dari kalangan orang-orang yang duduk bersamanya bertanya: “Bagaimana caranya untuk menghasilkan 1000 (seribu) kebaikan?” Nabi SAW bersabda: “Hendaknya ia membaca 1000 (seribu) kali tasbih, maka dicatatkan baginya 1000 (seribu) kali kebaikan atau dihapus darinya 1000 (seribu) kesalahan (dosa).” (HR. Muslim)

• Dari Abdullah Ibnu Mas’ud ra, menceritakan:
“Rasulullah SAW menyukai berdo’a sebanyak 3 (tiga) kali dan beristighfar 3 (tiga) kali.: (HR Abu Daud)

• Dari Syaddad Ibnu Aus ra, menceritakan bahwa Nabi SAW bersabda setentang Sayyidul Istighfar:
“Raja Istighfar ialah ucapan seorang hamba: Allahumma anta robbi la ilaha illa anta khalaqtani wa ana abduka wa ana ala abdika wawa’dika maaststatho’tu audzubika min sari maa sona’tu abu ulaka bini’matika alayya wa abu ulaka bini’matika alayya wa abu u’bidzambi faqfirli fainahu layaghfirudzunuuba illa anta. Barang siapa yang mengucapkannya disiang hari dengan penuh keyakinan lalu ia mati (meninggal dunia) para siang hari itu juga sebelum petang hari maka ia termasuk ahli Syorga. Barang siapa yang mengucapkannya dimalam hari dengan penuh keyakinan kepada-Nya, lalu ia meninggal sebelum pagi hari maka ia termasuk ahli Syorga.” (HR Bukhari)

• Dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang mengucapkan ketika keluar dari rumahnya: Bismillahi Tawakaltu ‘alallahu, wa laa haula walaa quwwwata illa billa, dikatakanlah untuknya:
“Cukuplah itu untukmu, engkau diberi petunjuk dan dipelihara. Dan Syetan akan menyingkir.” (HR. Abu Daud, Nasai dan Turmudzi)

• Hadist dari Abi Hurairoh ra, Nabi SAW bersabda:
“Tidak sempurna wudhu orang yang tidak menyebut nama Allah (Bismillahirrohmanirrohiim) dipermulaannya.” (HR. Abu Daud)

• Dari Umar Ibnu Khathab ra, katanya bersabda Rasulullah SAW:
“Tidak seorangpun diantara kamu yang berwudhu lantas disempurnakannya wudhunya itu, kemudian ia mengucapkan: Ashaduan laa ilaaha illallaahu wahdahulaa syarikalah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa Rasuluh. Melainkan akan dibukakan untuknya pintu Syurga yang delapan, ia boleh masuk dari pintu mana saja yang dikehendakinya.” (HR. Muslim)

• Dari Jabir ra bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang membaca ketika mendengar Adzan: Allahumma robba haadzihid dawatit taammati wash shalaatil qodimmati aati Muhammadanil wasiilata wal fadhiilata wab’atshu maqoomam mahmudamil ladzii wa ‘attahu, wajiblah untuknya syafaatku.” (HR. Jama’ah)

• Dari Abi Umamah, ujarnya:
“Sesungguhnya Nabi SAW berkata: Barangsiapa yang membaca ayat kursi dibelakang tiap-tiap sholat tidak ada lagi yang menghalanginya masuk syorga, kecuali mati.” (HR. An-Nasai dan Thabrani)

• Hadist dari Ali bin Abi Thalib ra dinyatakan:
“Bahwasanya Nabi SAW bersabda: Barangsiapa yang membaca ayat kursi dibelakang setiap sholat yang wajib, adalah ia dalam pemeliharan Allah hingga shalat berikutnya.” (HR Thabrani)

• Dari Abi Hurairoh ra bahwasannya Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang bertasbih (Maha Suci Allah) dibelakang setiap sholat 33 x dan bertahmid (Alhamdulillah) 33 x dan bertakbir (Allahuakbar) 33 x dan jumlah 99 x. Kemudian ia membaca (untuk) menyempurnakannya menjadi 100 (seratus) yaitu kalimat: Laa ilaahaillal laahu wahdahulaa syariika lahu, lahul mulku walahul hamdu wahuwa alaa kulli syai’in qodir, niscaya diampunilah dosa-dosanya walaupun sebanyak (seperti) buih dilautan.”

• Masih Hadist dari Abi Hurairoh ra tetapi tanpa ditutup dengan tahlil:
“Kamu bertasbih , bertakbir dan bertahmid tiga puluh tiga kali dibelakang setiap sholat.” (HR Muttafaq ‘Alaihi)

• Dari Ka’ab bin Ujrah dari Rasulullah SAW, beliau bersabda:
“Pengiring sesudah sholat yang wajib tidak akan kecewa orang yang mengucapkannya atau yang melaksanakannya. Yaitu tiga puluh tiga kali tasbih, tiga puluh tiga kali tahmid, tiga puluh empat kali takbir.” (HR Muslim)

• Berdasar riwayat yang shahih (Lihat Sayid Sabiq: FIQHUS SUNNAH):
“Bertasbih dua puluh lima kali dan bertahmid serupa, bertakbir serupa. Kemudian mengucapkan: Laa ilaaha illa laahu wahdahulaa syarikalahu, lahul mulku walahul hamdu wahua ‘alaa kulli syai’in qodir, serupa (maksudnya dua puluh lima kali.)” Berdasar riwayat yang shahih (lihat Sayid Sabiq: FIQHUS SUNNAH):

• Dari Abdullah bin ‘Amar, bersabda Rasulullah SAW:
“Dua perkara, barang siapa yang dapat memelihara (mengamalkannya) akan dimasukkan kedalam syorga. Keduanya mudah dan yang mengamalkannya sedikit. Mereka (Para Sahabat) bertanya: “Apa yang dua perkara itu ya Rasulullah ?” Jawab Rasul: “Bahwa kamu memuji Allah (Alhamdulillah) dan bertakbir membesarkan-Nya (Allahu Akbar) dan bertasbih (Subhanallah) dibelakang setiap sholat yang wajib sepuluh, sepuluh.” (HR. Abu Daud dan Turmudzi)

• Dzikir khusus dibaca sesudah Shalat Subuh dan sesudah Shalat Maghrib, yaitu:
“Laa ilaaha illal laahu wahdahu laa syarika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu yuhyii wa yumiitu wa huwa ‘alaa kulli syai’in qodiirun.” (Rawaahu Ahmad wat Turmudzi)

Ket: Barang siapa membacanya sepuluh kali, dituliskan baginya sepuluh kali kebajikan, dihapuskan sepuluh kejahatan dan ditinggikan (kedudukannya) sepuluh derajat. Ia terpelihara pada hari itu dari segala yang tidak disukai dan terpelihara dari gangguan Syetan. Dibacanya setiap selesai sholat Shubuh dan sholat Magrib.

• Dzikir lain khusus dibaca sesudah shalat Subuh dan sesudah shalat Maghrib Hadist dari Muslim bin Harits:
“Berkata Nabi kepada saya: Apabila engkau telah selesai halat Subuh maka bacalah sebelum engkau berbicara kepada orang lain (seseorang): Allahumma ajirnii minan naar, sebanyak 7 (tujuh) kali. Maka sesungguhnya jika engkau mati pada hari itu, Allah SWT menuliskan untuk kebebasan dari api neraka. Dan jika engkau telah selesai dari Shalat Maghrib, maka bacalah sebelum engkau berbicara dengan seseorang: Allahumma innii as’alukal jannah, Allahumma ajirni minan naar, yaitu sebanyak 7 (tujuh) kali. Maka sesungguhnya engkau jika meninggal (mati) pada malam itu, Allah SWT telah menulis engkau bebas dari api neraka.” (HR Ahmad dan Abu Daud)

• Dzikir (do’a) setelah shalat sunnat Subuh (qobliyah Subuh):
“Allahumma rabba jibriila wa miikaiila wa Israafila wa Muhammadin Nabiyyi a’udzu bika minan naari.” Dibaca 3 (tiga) kali. (HR. Ibnu Sunny)

• Kemudia dzikir (do’a) ini:
Barang siapa yang membaca pada Subuh hari Jum’at, sebelum sholat Subuh (qobliyah Subuh):
“Astaghfirullah, alladzii laa ilaaha illa huwal hayyul qoyyuumu wa utuubu ilaihi, sebanyak tiga kali. Niscaya diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT walaupun sebanyak buih dipermukaan laut.” (HR Ibnu Sunny)

• Dzikir (do’a) yang diajarkan Rasulullah SAW kepada Mu’adz:
“Sesungguhnya Nabi SAW memegang tangan Mu’adz bin Jabal pada suatu hari, kemudian nabi berkata: Wahai Mu’adz! Sesunguhnya aku sangat sayang kepadamu. Maka Mu’adz menjawab: Yaa Rasulullah, demi ibu dan bapakku, aku juga sangat mencintaimu.

Lalu Nabi SAW berkata: Aku wasiatkan kepadamu wahai Mu’adz, jangan engkau tinggalkan dibelakang setiap shalat membaca:

“Ya Allah! Tolonglah aku untuk mengingat-Mu (menyebut-Mu) mensyukuri nikmat-Mu dan membaguskan ibadah kepada-Mu.” (HR. Ahmad, Abu Daud, An-Nasai, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al-Hakim.)
Saudaraku sesama muslim, seaqidah seiman, sebenarnya masih terlalu banyak keutamaan, faedah, kelebihan, kekuatan dzikrullah, namun saya sudahi (batasi) dulu tulisan (artikel) religius saya ini sampai disini, Insya Allah ditulisan yang lain tentu saja pada judul yang berbeda saya akan menulis yang lebih banyak lagi setentang dzikrullah. Insya Allah!

Tetapi sebelum saya akhiri tulisan-ini, ingin saya menyampaikan keagungan sepuluh surat yang terdapat dalam Al-Quran berikut ini: “Sepuluh hal dapat menolak sepuluh macam bencana, yaitu: Surat Al-fatihah menolak bencana murka Alah, surat Yaasin menolak dahaga dihari kiamat, surat Ad-Duhk-khan menolak kerepotan besar dihari kiamat, surat Al-Waqiah menolak kefakiran, surat Al-Mulk menolak siksa kubur, surat Al-Kautsar menolak serangan para musuh, surat Kafirun menolak datangnya kekafiran dikala terlepasnya nyawa, surat Al-Ikhlas menolak kemunafikan, surat Al-Falaq menolak hasudan orang yang dengki, surat An-Nas dapat menolak perasaan was-was.” (Dikutip dari buku Tanya jawab 75 masalah agama, judul “Al-Hujajul Bayyinah” karangan: Drs. KH Ahmad Dimyathi Badruzzaman, MA.)

Akhirnya sesuai judul tulisan kita tersebut diatas, perhatikan Hadist dari Abi Hurairah ra bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: “ Bahwa Allah SWT akan menerangi rumah orang yang berdzikir hingga rumah itu akan terlihat oleh penduduk langit.” Dan sabdanya: “Sesungguhnya penghuni langit melihat rumah-rumah ahli dzikir yang diterangi oleh berdzikir mereka. Sinar itu bercahaya seperti bintang bagi penduduk bumi.” (Dikutip dari buku Artikel-Artikel Religius Bacaan untuk Syiar Dakwah Islam. Jilid 2 oleh: H. Sunaryo. A.Y)
Saudaraku, berkat dzikir (menyebut nama-Mu) Allah SWT akan menerangi rumah-rumah kita dengan cahaya yang bak bintang yang berkedip dimalam hari sehingga terlihat oleh penduduk langit dan sinar yang bercahaya itu seperti bintang bagi penduduk bumi. Subhanallah!

Saudaraku sidang pembaca, mau apa lagi ?! Hayo, sekarang juga kita pasang niat, kita basahi mulut kita, lidah kita dan kedua bibir kita dengan dzikrullah. Terima kasih atas segala perhatian, jumpa lagi kita insya Allah dikesempatan dakwah (lewat tulisan) saya yang lain. Wabillahi taufik wal hidayah. Wassalamu ‘alaikum warohmatullahi wabarokaatuh.
Senin, 21 Februari 2011
Berbicara mengenai isi (esensi) maka kita berbicara mengenai asas dasar dan pondasi yang menopang berdirinya suatu hal. Sedangkan formalitas adalah bentuk syi'ar yang memperlihatkan keberadaan esensi ini. Kita ambil contoh mudah dari sebuah masjid, dia telah dikatakan masjid secara esensi bila digunakan untuk berkumpul dan melaksanakan shalat walau bentuknya mirip dengan rumah biasa tanpa kubah atau menara adzan.

Lalu bagaimana seharusnya kita menyikapi esensi dan formalitas..? Pada dasarnya esensi dan formalitas adalah dibutuhkan, karena esnsi tanpa fromalitas ibarat sayur tanpa garam dan manusia tanpa sebelah tangan. Namun ada saat-saat dimana kita harus memilih diantara keduanya, mana diantara keduanya yang lebih penting.

Nah, dalam proses inilah terkadang banyak orang yang kalut dan bingung memutuskan dan memilah mana yang yang esensi dan mana yang formlitas. Hingga akhirnya karena terlalu memaksakan kebersamaan antara esensi dan formalitas hingga akhirnya dua-duanya tidak berhasil dia dapatkan.

Kita ambil contoh, ketika akan mengadakan suatu kegiatan dengan tujuan bakti sosial ke panti asuhan. Waktu yang disediakan panti hanya tiga puluh menit, namun agenda yang disusun panjang sekali dan berdurasi dua jam-an. Lalu bagaimana sikap yang harus diambil? Tentu saja kita bisa mengambil esensi dan tujuan kegiatan tanpa menyertakan kegiatan tambahan yang lainnya. Yang penting adalah bagaimana caranya bantuan untuk panti asuhan itu bisa disampaikan dalam waktu tiga puluh menit.

Tapi bila terlalu dipaksakan sangat mungkin sekali akan menimbulkan konflik dan gesekan sesama panitia atau bahkan tidak jadi sama sekali mengadakan kegiatan bakti sosial-nya. Untuk itulah disusun suatu kaidah dalam ilmu fiqh yang bertemakan fiqh prioritas. Mana bagian yan

Bukan hanya mencakup contoh diatas, tapi fiqh prioritas ini juga mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, semisal dakwah. Banyak kita saksikan para da'i yang terlalu mementingkan formalitas hingga mengabaikan faktor ruhani dan batiniah dari dakwahnya. Yang dia pentingkan hanya penamaan-penamaan yang sebenarnya tidak terlalu penting. Lalu esensi dari Islam dia buang jauh-jauh dan berdalih bahwa formalitas nama itulah yang penting.

Namun di lain sisi kita temui pula orang-orang yang mementingkan esensi dan isi, namun mengabaikan faktor formalitas yang bisa mereka terapkan. Ini juga tidak benar karena esensi tanpa formalitas bagai sayur tanpa garam.
Kamis, 17 Februari 2011
Mungkin teman-teman sekalian pernah mendengar cerita yang serupa dengan ini, namun saya berinisiatif untuk mengulanginya agar kita semua dapat mengambil ibroh dan peajaran yang besar daripadanya.

Alkisah, ada dua ekor katak yang sedang berlomba untuk memanjat sebuah pohon licin. Dalam hitungan ketiga pun mereka ber-dua bergegas melompat dan berlomba secara perlahan melewati ranting demi ranting sambil sesekali terpeleset dikarenakan medan yang licin.

Lalu ada sekumpulan katak yang kebetulan lewat di bawah pohon besar tersebut dan melihat ke arah dua katak yang sedang berlomba. Bukannya memberikan support mereka malah mentertawakan kedua katak tersebut. "Woi, kalian ber-dua tidak akan pernah bisa naik ke puncak..!" begitu teriak seekor katak. "Bodoh kalian, pohon itu sangat licin dan tinggi, kalau kalian jatuh pasti tidak akan selamat..!" Teriak katak yang lain.

Begitu seterusnya, hingga ketika hampir tiba di puncak, tiba-tiba katak pertama terpeleset lagi. Anehnya dia tidak berusaha melompat kembali seperti ketika dia terpeleset sebelum itu. Hingga akhirnya dia jatuh ke dasar pohon dan terluka cukup parah.

Sang katak kedua yang berada sedikit di bawah katak pertama pun terus melompat dengan konsisten perlahan demi perlahan hingga akhirnya dia berhasil sampai di puncak. Dan ketika katak kedua ini sampai di puncak katak-katak yang berada di bawah pun akhirnya bersorak dan memuji dia.

Saudara-saudaraku yang dicintai Allah, tahukah anda mengapa katak kedua mampu memanjat hingga puncak..? Ternyata katak ini tuli dan tidak mampu mendengar cemoohan katak-katak yang berada di bawah pohon.

Dan tahukah mengapa katak pertama terjatuh..? Itu karena dia selalu mendengarkan celaan katak-katak yang berada di bawahnya.

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, sungguh dalam cerita ini terdapat ibroh yang besar bagi kita semua. Bahwa dalam setiap perjuangan hidup pasti akan selalu ada 'katak-katak usil' yang mengoceh tiada henti, namun bila kita terlalu mendengar ucapan mereka maka bersiaplah terjatuh seperti katak pertama.

Memang kita butuh nasihat dan kritik dari orang lain, namun kita harus waspada jangan sampai nasihat dan kritik itu membawa kita berputus asa dan berhenti berusaha. Namun kita harus berhati-hati karena jumlah 'ocehan katak usil' itu lebih banyak bersliweran dan bergentayangan di sekitar kita daripada nasehat yang membangun. Oleh karena itu, mari kita belajar untuk bersabar mengahdapinya.

Semoga kita bisa menjadi seperti katak kedua yang selalu istiqomah hingga di puncak, amin...
Senin, 14 Februari 2011
Abul Abbas berkata :

Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk membersihkan hati juga membersihkan badan. Dan dua macam Taharah (bersuci) itu termasuk bagian dari agama yang diperintahkan dan diwajibkan.

Namun kita dapati banyak dari kalangan mutafaqqih (orang yg paham agama) dan muta'abbid (ahli ibadah) hanya mementingkan bersuci secara lahiriyahnya saja, bahkan ditambah-tambah melebihi apa yang disyari'atkan, baik dari segi prioritas maupun pengamalan. Lalu dia meninggalkan bersuci (membersihkan) hati, baik yang diwajibkan maupun yang disunnahkan, dan tidak tahu yang namanya bersuci selain itu (bersuci secara lahiriyah).

Di lain sisi kita temui banyak orang sufi yang hanya mengutamakan taharah (bersuci) hati, bahkan ditambah-tambah melebihi apa yang disyari'atkan, baik dari segi prioritas maupun pengamalan. Lalu dia meninggalkan Taharah (bersuci) badan baik yang wajib maupun yang sunnah.

Maka kelompok pertama mengikuti rasa waswas yang tercela sehingga terlalu banyak menumpahkan air (saat bersuci), dan menjauhi apa yang sebenarnya tidak disyari'atkan untuk dijauhi, padahal hatinya dipenuhi oleh sifat-sifat semisal iri dan sombong.

Adapun kelompok yang lainnya memiliki sifat lalai yang tercela sehingga berlebih-lebihan dalam memprioritaskan keselamatan batin, sehingga dia tidak menjauhi najis dan kotoran.


(Mawa'idzu Syaikhil Islam Ibn Taimiyyah)
Sabtu, 12 Februari 2011
Jumat, 11 Februari 2011, 18:55 WIB


REPUBLIKA.CO.ID, PANDEGLANG—Umat Islam Banten dikejutkan dengan beredarnya video yang merekam proses negosiasi yang diduga antara Deden Sujana selaku amir perjalanan Ahmadiyah dengan Kanit Intel Polsek Cikeusik, Aiptu Hasan, di rumah Suparman, sebelum bentrokan terjadi Ahad (6/2) lalu.

Dalam rekaman tersebut, Deden menolak ajakan Aiptu Hasan untuk dievakuasi. “Lepasin saja. Biar saja kita bentrok, biar seru. Kan asyik Pak. Masa kita diginiin diem saja Pak. Biar banjir darah di sini,” demikian kata Deden Sujana, dalam cuplikan pembicaraan yang terekam dalam video tersebut.

Mendengar jawaban dari Deden tersebut, Hasan mengatakan,” Saya sih tidak mengharapkan begitu,” kata Hasan. Hasan pun menjelaskan bahwa massa telah berada di jalan yang menuju ke arah Suparman.

Video yang diduga direkam oleh Arif, salah seorang jemaat Ahmadiyah, itu juga sudah terlihat sejumlah anggota Dalmas, berikut dua unit truk polisi di Jalan Raya Cikeusik, persis di depan rumah Suparman saat bentrokan berlangsung.

Kedua truk tersebut hanya pindah parkir sekitar 50 meter ke kanan dan kiri rumah Suparman, sebelum bentrokan terjadi.

Dalam rekaman tersebut juga terlihat Deden Sujana yang pertama kali memicu emosi massa. Saat massa mendatangi rumah Suparman, Deden yang pertama kali mendaratkan ‘bogem mentah’ ke muka salah seorang dari kelompok massa yang mengenakan pita biru. Kemudian terjadi bentrokan antara kedua kubu, namun beberapa orang kelompok pita biru sempat terpukul mundur setelah jamaat Ahmadiyah melakukan perlawanan.

Kemudian massa pita biru mengundang massa yang masih berada di belakang yang jumlahnya ratusan, bahkan mencapai 1.500 orang. Sehingga bentrokan berdarah tidak bisa dihindari.

Red: Stevy Maradona
Rep: M Fakhruddin
Imam Syafi'i membagi ilmu syari'ah menjadi dua macam :

1. Ilmu Umum : Jenis ini wajib diketahui oleh setiap muslim yang mukallaf (sudah baligh) dan memiliki akal yang normal untuk memikirkannya serta tak ada alasan bagi seorangpun untuk tidak mengetahuinya.

(Ilmu ini semisal : Ilmu mengenai shalat, puasa, haji, zakat, serta dilarangnya hal-hal yang seperti zina, khamr, mencuri, dll)

2. Ilmu Khusus : Ilmu ini hukumnya fardhu kifayah (bila telah ada sebagian yang mempelajarinya maka gugur kewajiban dari yang lainnya). Ilmu ini mencakup ilmu Qur'an, hadits, akhbar sahabat, serta perselisihan pendapat diantara (ulama) kaum muslimin. Mereka ini memiliki keutamaan dan pahala sesuai dengan kadar ilmu mereka, dan merekalah yang memiliki hak untuk beristinbath (memutuskan hukum berdasarkan teks Al-Qur'an dan Hadits), bahkan itu adalah kewajiban mereka.

(disarikan dari Tafsir Asy-Syafi'i)
Ketika Rasulullah berkunjung ke surga Allah bersama malaikat Jibril, ketika itu Rasulullah mendengar suara yang begitu besar, suara detakan yang membuat beliau bertanya kepada Jibril,"Wahai Jibril, suara siapakah itu?" Malaikat Jibril pun menjawab,"Suara umatmu wahai Rasul Allah". Rasul pun bingung dan bertanya lagi,"Umatku yang bagaimana?" Jibril pun menjawab,"Umatmu yang selalu melangkahkan kakinya ke rumah Allah" Subhanallah.... Anda mau??? FAKTA yang ada: Jarang antara kita bergerak hatinya untuk ke Masjid tuk shalat berjama'ah khususnya para REMAJA yang terlena oleh perasaan dan kesenangan dunia.