Jumat, 22 Juli 2011
Renungkanlah jika kamu berbuat buruk sesama makhluk, atau kepada Sang Pencipta, dengan kaki mana kamu akan berdiri di hadapan Rabbmu pada waktu itu, dengan telinga mana kamu akan mendengar perkataan yang disampaikan

Renungkanlah, pada hari diperlihatkan semua amal di hadapan Allah, pikirkanlah bagaimana keadaanmu, bagaimana kamu, sementara hati telah dipenuhi rasa gentar, sedih dan takut, gemetar seluruh tubuh, hati sampai ke tenggorokan, nafas tersengal-sengal dan usus pun terburai

Selasa, 19 Juli 2011
Pengertian Ijtihad : Mengerahkan segenap usaha untuk menarik sebuah istinbath (kesimpulan) mengenai hukum syari’at yang diambil dari dalil-dalil yang komprehensif di dalam syari’at, yaitu dari Qur’an dan Sunnah.

Ijtihad terbagi menjadi dua, yaitu :
Jumat, 15 Juli 2011
Kami anak ROHIS. Akidah kami bersih terhadap hal-hal yang bersifat magis. Baik itu jimat, wapak, jirim, ataupun keris apalagi penggaris. Pedoman hidup kami adalah Al Quran dan Al Hadits. Kami bukan kalangan alkoholis. Boro-boro untuk berakohol ria, untuk uang jajan pun kami masih mengemis.

Kami anak ROHIS. Ada seorang nenek bernama Sydney Jones yang menuduh kami radikalis. Padahal kami hanyalah sekumpulan aktivis. Tentunya aktivis Islam bukannya aktivis secularis, pluralis, liberalis, apalagi satanis. Kami hanya dapat berharap mudah-mudahan masyarakat tidak termakan isu tersebut yang buat kami menjadi miris.
Kamis, 14 Juli 2011
Siapa yang menabur angin dia akan menuai badai. Itulah peribahasa yang cocok untuk menggambarkan nasib saya. Akibat terbuai kenikmatan sesaat, saya harus menanggung beban masa depan yang suram. Saya laki-laki yang terpaksa harus berhenti menjadi laki-laki sejati. Saya kehilangan kejantanan.

Saya lahir dari keluarga baik-baik. Lahir 28 tahun yang lalu. Anak keempat dari lima bersaudara. Ayah pegawai negeri, ibu membuka warung kecil-kecilan di depan rumah. Peraturan di rumah cukup ketat, ibadah tidak boleh terlewatkan. Sekalipun hidup tidak mewah namun saya bahagia dengan kesederhanaan itu.
Senin, 11 Juli 2011
Aku biasa begadang sampai pagi bersama teman-temanku untuk beramain- main dan bersenda gurau. Aku tinggalkan isteriku dalam kesendirian dan kesusahannya yang hanya Allah yang mengetahuinya. Isteriku yang setia tak mempu lagi menasehatiku yang sudah tak mempan lagi diberi nasehat. 

Pada suatu malam, aku baru pulang dari begadang, jarum jam menunjukkan pukul 03.00 pagi, aku lihat isteri dan puteri kecilku terlelap tidur. Lalu aku masuk ke kamar sebelah untuk menghabiskan sisa-sisa malam dengan melihat film-film porno melalui video, waktu itu, waktu dimana Allah azza wajalla turun dan berkata: "Adakah orang yang berdoa sehingga aku mengabulkannya?. Adakah orang yang meminta ampun sehingga aku mengampuninya?, Adakah orang yang meminta kepadaku sehingga aku memberinya". 

Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan kulihat puteriku yang belum genap berusia 5 tahun. Dia melihatku dan berkata: "Bapak, ini suatu aib bagimu!!!, takutlah kepada Allah", dan mengulanginya tiga kali kemudian menutup pintu dan pergi. 

Aku terkejut lalu aku matikan video. Aku duduk termenung dan kata- katanya terngiang-ngiang ditelingaku dan hampir membinasakanku, lalu aku keluar mengikutinya tapi dia sudah kembali lagi ketempat tidurnya. Aku seperti gila, tidak tahu apa yang baru saja menimpaku waktu itu. Tak lama kemudian terdengar suara adzan dari masjid dekat rumah yang memecah kegelapan malam, menyeru untuk shalat subuh. 

Aku berwudlu lalu pergi kemasjid. Aku tidak bersemangat untuk shalat, hanya saja karena kata-kata puteriku membuatku gelisah. 

Shalat dimulai, imam bertakbir dan membaca beberapa ayat Al-Qur'an. Ketika dia bersujud, akupun bersujud dibelakangnya dan meletakkan dahiku di atas tanah sampai aku menangis keras tanpa kuketahui sebabnya. Inilah sujud pertama kali kulakukan kepada Allah azza wajalla sejak tujuh tahun yang lalu. 

Tangisan itu adalah pembuka kebaikan bagiku, tangisan itu telah mengeluarkan apa yang ada dalam hatiku berupa kekafiran, kemunafikan dan kerusakan. Aku merasakan butir-butir keimanan mulai meresap kedalam jiwaku. 

Setelah shalat aku pergi bekerja. Ketika bertemu dengan temanku, dia heran melihatku datang cepat padahal biasanya selalu terlambat akibat begadang sepanjang malam. Ketika dia menanyakan penyebabnya, aku menceritakan apa yang kualami tadi malam. Kemudian dia berkata: "Bersyukurlah kepada Allah yang telah menggerakkan anak kecil itu sehingga menyadarkanmu dari kelalaianmu sebelum datang kematianmu." Setelah tiba waktu dzuhur, aku merasa cukup lelah karena belum tidur sejak malam. Lalu aku minta kepada temanku untuk menggantikan tugasku, dan aku pulang ke rumah untuk beristirahat. Aku ingin cepat-cepat melihat puteriku yang menjadi sebab hidayahku dan kembaliku kepada Allah. 
Aku masuk kerumah dan disambut oleh isteriku sambil menangis, lalu aku bertanya, "Ada apa denganmu, isteriku?", jawaban yang keluar darinya laksana halilintar. "Puterimu telah meninggal dunia". 

Aku tak bisa mengendalikan diri dan menangis. Setelah jiwaku tenang, aku sadar bahwa apa yang menimpaku semata-mata ujian dari Allah azza wajalla untuk menguji imanku. Aku bersyukur kepada Allah azza wajalla. Aku mengangkat gagang dan menghubungi temanku. Aku memintanya datang untuk membantuku. 

Temanku datang dan membawa puteriku, memandikannya dan mengafaninya lalu kami menshalatkannya dan membawanya kepemakaman, temanku berkata: "Tidak ada yang pantas memasukkannya ke liang kubur kecuali engkau", lalu aku mengangkatnya dengan berlinang air mata dan meletakkannya di liang kubur. Aku tidak mengubur puteriku, tapi mengubur cahaya yang telah menerangi jalan hidupku. Aku bermohon kepada Allah SWT agar menjadikannya penghalang bagiku dari api neraka dan memberi balasan kebaikan kepada isteriku yang penyabar.

Sumber: Facebook
Kamis, 07 Juli 2011
‘Atha ibn Abi Rabah pernah bercerita : “Suatu ketika aku menemui Fathimah binti ‘Abdil Malik ( istri khalifah ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz ) setelah kematian ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz. Maka aku berkata padanya : “Wahai putri Abdul Malik, beritahukan padaku tentang Amirul Mu’minin.”

Ia pun berkata : “Aku akan melakukannya. Seandainya ( Amirul mu’minin ) masih hidup tentulah aku tidak dapat melakukannya.

Sesungguhnya ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz –rahimahullah- telah menyerahkan jiwa dan raganya untuk rakyatnya. Ia selalu mendudukan seluruh harinya untuk mereka. Jika ia tiba di waktu sore sementara masih ada beberapa hajat yang harus ia selesaikan, maka ia pun melanjutkannya hingga malam hari. Dan bila malam telah semakin larut, dan seluruh hajat rakyatnya telah selesai, ia pun meminta lampu yang dinyalakan dari hartanya sendiri. Kemudian ia mengerjakan shalat dua raka’at. Dan setelah itu, ia pun duduk terpekur sembari meletakkan kepalanya di tangannya. Hingga…menetes air matanya membasahai pipinya, sambil terisak-isak. Dan ia menghabiskan malamnya dalam kondisi seperti itu, hingga fajar menjelang. Dan ia pun memasuki waktu pagi dengan berpuasa.

Aku pun mendekatinya, dan berkata : “Wahai Amirul mu’minin, barangkali ada sesuatu yang terjadi kemarin. Ada apa dengan dirimu ?”

Ia pun menjawab : “Memang betul ( telah terjadi sesuatu kemarin ), namun biarkanlah aku dengan urusanku, dan selesaikanlah urusanmu.”

Aku berkata : “Sampaikanlah padaku, barangkali aku pun bias mendapat pelajaran dari kejadian itu.”

Maka beliau berkata : “Baiklah, jika demikian aku akan memberitahukan padamu. Sesungguhnya aku memperhatikan diriku sendiri, ternyata kutemukan diriku telah diberi beban mengurus urusan ummat ini ; yang kecil maupun yang besar, yang berkulit hitam maupun yang coklat. Lalu tiba-tiba aku teringat akan orang asing yang tersesat, orang faqir yang membutuhkan, tawanan yang hilang, dan orang-orang yang seperti mereka yang ada di seluruh penjuru negri dan di penghujung bumi. Maka ketika itu, aku pun sadar, bahwa Allah pasti akan menanyaiku tentang mereka, dan bahwa Muhammad saw akan membawa hujjah ( yang memberatkanku ) tentang mereka. Sehingga aku merasa takut jika aku tidak mempunyai alasan dan jawaban di hadapan Allah. Aku khawatir Rasulullah saw tidak akan membelaku dengan satu hujjah pun. Yah, maka aku menakutkan diriku sendiri dengan ketakutan yang membuat mataku menangis dan hatiku gemetar. Dan aku…setiap kali aku mengingatnya, aku pun semakin gemetar. Dan kini aku telah menceritakannya padamu, wahai Fathimah ! Maka ambillah pelajaran darinya, atau biarkanlah ia berlalu begitu saja.” ( Sirah ‘Umar ibn ‘Abdil Aziz hal.46, dan Manaqib ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz hal.248-249 )

Duhai, bila semua pemimpin negri ini seperti ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz, maka tentu tidak akan ada kesengsaraan berkepanjangan seperti saat ini. Ya Allah ! Kami menantikan pemimpin seperti beliau, atau setidak-tidaknya yang hampir menyerupai beliau…karena yang seperti itupun kami tak punya…

Sumber: Facebook
Senin, 04 Juli 2011
Lebah adalah salah satu makhluq Allah yang luar biasa. Namanya pun diabadikan dalam Al Qur’an. Tidak saja madunya yang berkhasiat, namun perilakunyapun mengilhami banyak orang dalam bekerja. Berikut ini adalah sisi lain yang dapat diteladani dari makhluq Allah ini…

Seorang yang zuhud pernah mengatakan : “Aku tidak mengetahui bahwa ada orang yang mendengarkan tentang surga dan neraka yang membiarkan satu saat dalam hidupnya berlalu tanpa mena’ati Allah dengan berdzikir, mengerjakan shalat, membaca Al Qur’an atau berbuat kebajikan !”

Lalu seseorang berkata padanya : “Tetapi aku banyak menangis.”
Ia berkata : “Sungguh jika engkau tertawa namun menyadari kesalahanmu itu lebih baik daripada engkau menangis namun merasa bangga dengan amalanmu. Sebab seorang pembangga amalannya tidak akan naik melebihi kepalanya saja.”

“Kalau begitu nasehatilah aku !” kata pria itu.

Sang Zahid itu berkata : “Biarkanlah dunia itu untuk pemiliknya sebagaimana mereka juga membiarkan akhirat untuk pemiliknya. Sementara engkau, hiduplah di dunia ini bagaikan lebah. Bila makan, makanlah yang baik. Bila memberi makan, berilah yang baik pula. Dan bila engkau jatuh menimpa sesuatu, engkau tidak mematahkan dan merusaknya.”
Al Fawa’id, hal 117 )

Sumber: Facebook
Ketika Rasulullah berkunjung ke surga Allah bersama malaikat Jibril, ketika itu Rasulullah mendengar suara yang begitu besar, suara detakan yang membuat beliau bertanya kepada Jibril,"Wahai Jibril, suara siapakah itu?" Malaikat Jibril pun menjawab,"Suara umatmu wahai Rasul Allah". Rasul pun bingung dan bertanya lagi,"Umatku yang bagaimana?" Jibril pun menjawab,"Umatmu yang selalu melangkahkan kakinya ke rumah Allah" Subhanallah.... Anda mau??? FAKTA yang ada: Jarang antara kita bergerak hatinya untuk ke Masjid tuk shalat berjama'ah khususnya para REMAJA yang terlena oleh perasaan dan kesenangan dunia.