Kamis, 07 Juli 2011
‘Atha ibn Abi Rabah pernah bercerita : “Suatu ketika aku menemui Fathimah binti ‘Abdil Malik ( istri khalifah ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz ) setelah kematian ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz. Maka aku berkata padanya : “Wahai putri Abdul Malik, beritahukan padaku tentang Amirul Mu’minin.”

Ia pun berkata : “Aku akan melakukannya. Seandainya ( Amirul mu’minin ) masih hidup tentulah aku tidak dapat melakukannya.

Sesungguhnya ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz –rahimahullah- telah menyerahkan jiwa dan raganya untuk rakyatnya. Ia selalu mendudukan seluruh harinya untuk mereka. Jika ia tiba di waktu sore sementara masih ada beberapa hajat yang harus ia selesaikan, maka ia pun melanjutkannya hingga malam hari. Dan bila malam telah semakin larut, dan seluruh hajat rakyatnya telah selesai, ia pun meminta lampu yang dinyalakan dari hartanya sendiri. Kemudian ia mengerjakan shalat dua raka’at. Dan setelah itu, ia pun duduk terpekur sembari meletakkan kepalanya di tangannya. Hingga…menetes air matanya membasahai pipinya, sambil terisak-isak. Dan ia menghabiskan malamnya dalam kondisi seperti itu, hingga fajar menjelang. Dan ia pun memasuki waktu pagi dengan berpuasa.

Aku pun mendekatinya, dan berkata : “Wahai Amirul mu’minin, barangkali ada sesuatu yang terjadi kemarin. Ada apa dengan dirimu ?”

Ia pun menjawab : “Memang betul ( telah terjadi sesuatu kemarin ), namun biarkanlah aku dengan urusanku, dan selesaikanlah urusanmu.”

Aku berkata : “Sampaikanlah padaku, barangkali aku pun bias mendapat pelajaran dari kejadian itu.”

Maka beliau berkata : “Baiklah, jika demikian aku akan memberitahukan padamu. Sesungguhnya aku memperhatikan diriku sendiri, ternyata kutemukan diriku telah diberi beban mengurus urusan ummat ini ; yang kecil maupun yang besar, yang berkulit hitam maupun yang coklat. Lalu tiba-tiba aku teringat akan orang asing yang tersesat, orang faqir yang membutuhkan, tawanan yang hilang, dan orang-orang yang seperti mereka yang ada di seluruh penjuru negri dan di penghujung bumi. Maka ketika itu, aku pun sadar, bahwa Allah pasti akan menanyaiku tentang mereka, dan bahwa Muhammad saw akan membawa hujjah ( yang memberatkanku ) tentang mereka. Sehingga aku merasa takut jika aku tidak mempunyai alasan dan jawaban di hadapan Allah. Aku khawatir Rasulullah saw tidak akan membelaku dengan satu hujjah pun. Yah, maka aku menakutkan diriku sendiri dengan ketakutan yang membuat mataku menangis dan hatiku gemetar. Dan aku…setiap kali aku mengingatnya, aku pun semakin gemetar. Dan kini aku telah menceritakannya padamu, wahai Fathimah ! Maka ambillah pelajaran darinya, atau biarkanlah ia berlalu begitu saja.” ( Sirah ‘Umar ibn ‘Abdil Aziz hal.46, dan Manaqib ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz hal.248-249 )

Duhai, bila semua pemimpin negri ini seperti ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz, maka tentu tidak akan ada kesengsaraan berkepanjangan seperti saat ini. Ya Allah ! Kami menantikan pemimpin seperti beliau, atau setidak-tidaknya yang hampir menyerupai beliau…karena yang seperti itupun kami tak punya…

Sumber: Facebook

0 comments:

Ketika Rasulullah berkunjung ke surga Allah bersama malaikat Jibril, ketika itu Rasulullah mendengar suara yang begitu besar, suara detakan yang membuat beliau bertanya kepada Jibril,"Wahai Jibril, suara siapakah itu?" Malaikat Jibril pun menjawab,"Suara umatmu wahai Rasul Allah". Rasul pun bingung dan bertanya lagi,"Umatku yang bagaimana?" Jibril pun menjawab,"Umatmu yang selalu melangkahkan kakinya ke rumah Allah" Subhanallah.... Anda mau??? FAKTA yang ada: Jarang antara kita bergerak hatinya untuk ke Masjid tuk shalat berjama'ah khususnya para REMAJA yang terlena oleh perasaan dan kesenangan dunia.